rancangan

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 30 Oktober 2011

budidaya bawang merah


Bawang Merah
1. Pendahuluan
Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.
2. Syarat Tumbuh
Bawang Merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 – 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius – 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial, dengan pH 5.5 – 7.
3. Benih
Penggunaan Benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya bawang merah. Varietas bawang merah yang dapat digunakan adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng dan varietas lokal lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari, telah diseleksi dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5 – 2 cm dengan bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme penganggu tanaman.
4. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 – 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm.
5. Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
6. Pemeliharaan
a. Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
b. Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
c. Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
d. Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
e. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan Nematoda Akar.
Pengendalian Hama dilakukan dengan cara: 
- Sanitasi dan pembuangan gulma
- Pengumpulan larva dan memusnahkan
- Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
- Penggunaan Insektisida
- Rotasi Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium dan Busuk Basah.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara: 
- Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
- Penggunaan benih yang sehat
- Penggunaan fungisida yang efektif
7. Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST, ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton.
8. Pasca Panen
a. Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses pengeringan dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemerisik.
b. Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
c. Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 (persen) – 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.

Read more...

budidaya bawang bombay

BUDIDAYA BAWANG BOMBAY

I. UMUM


1.1. Sejarah Singkat
Bawang bombay diperkirakan berasal dari daerah Asia Tengah (Palestina) yang beriklim subtropis dan mulai menyebar ke daratan Eropa dan India. Sekitar abad ke-16 menyebar ke Benua Amerika, kira-kira bersamaan dengan awal perburuan rempah-rempah oleh bangsa Eropa ke Timur Jauh, yang akhirnya berbuntut dengan pendudukan dan penjajahan negara-negara di Asia termasuk Indonesia oleh bangsa Eropa.

1.2. Sentra Penanaman
di Indonesia, bawang bombay banyak ditemukan di daerah Tanah Karo (Sumatera Utara), percobaan penanaman di dataran tinggi Karo dengan ketinggian sekitar 2000 m dpl, memperoleh hasil sangat memuaskan. Umbi cukup besar dan pertumbuhannya baik. Bibit yang digunakan untuk penanaman didatangkan dari Belanda. 

1.3. Jenis Tanaman
Bawang bombay yang disebut juga bawang timur berada dalam satu garis keturunan dengan bawang merah dengan nama ilmiah Allium cepa L. Perbedaan antara bawang merah dan bawang bombay tidak terlalu menyolok, kecuali bentuknya dan bau/aromanya.
Varietas bawang bombay yang dikenal antara lain:

a) Hari pendek
1. Yellow Granex, ciri-ciri: umbi bulat pipih kekuning-kuningan, beraroma sedang.
2. Texas Yellow, Grano, ciri-ciri: bulat gasing kekuning-kuningan, aroma sedang.
3. Grano, ciri-ciri: kekuning-kuningan agak kecoklatan, aroma sedang.
4. Red Creole, ciri-ciri: bulat pipih merah, aroma/bau tajam.

b) Hari panjang
1. Zittauer, ciri-ciri: bulat pipih kecoklatan, slit berbunga, banyak anakan.
2. Rijosbuiger "Oporto", ciri-ciri: bulat merah kekuning-kuningan, produksi sangat tinggi.
3. Ebenezer Yellow, ciri-ciri: bulat pipihkuning tua, banyak anakan.

Varietas jenis hari pendek yang sudah pernah dicoba di Indonesia dan hasilnya cukup baik antara lain: Red Creole, Burmuda Yellow, Burmuda White, Farly Grano dan Patna Early. Jenis hari panjang yang lain yang cukup terkenal di antaranya Globe Danvers, Yellow Globe, Silver King dan sebagainya. Masih banyak lagi varietas-varietas bawang bombay yang ada diantaranya adalah Exel dan White Creole yang termasuk kelompok hari pendek, kemudian Crystal Grano, San Yoaquin dan California Early Red, yang ter-masuk kelompok hari sedang.

1.4. Manfaat Tanaman
Di Indonesia tanaman bawang bombay ini kurang/tidak populer, maka penggunaannya belum banyak terungkapkan. Penggunaan utama bawang ini adalah untuk bumbu penyedap masakan dan umumnya terbatas pada jenis-jenis masakan tertentu, yaitu masakan Eropa dan Cina. Namun demikian, akhir-akhir ini penggunaan bawang bombay di Indonesia makin menyebar dan makin memasyarakat.

keatas

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

1. Tanaman bawang bombay menyukai curah hujan yang merata sepanjang tahun.
2. Bawang bombay termasuk tanaman yang memerlukan penyinaran matahari cukup panjang, kira-kira lebih dari 4 jam/hari. Apabila terlalu pendek atau berada di tempat yang teduh/terlindung sehingga tidak cukup mendapat penyinaran matahari maka hasil produksinya rendah, rasanya agak tawar dan tidak tahan disimpan lama.
3. Bawang bombay sangat cocok di tempat yang udaranya sejuk. Suhu udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini antara 18-20 derajat C. Pada suhu udara yang lebih rendah antara 1-1,5 derajat C, bawang bombay masih mampu membentuk bunga.
4. Kondisi udara dengan kelembaban relatif berkisar 80-90% (cukup lembab) sangat baik untuk pertumbuhannya.

2.2. Media Tanam

1. Tanah untuk tanaman bawang bombay adalah tanah yang subur, banyak humus dan gembur. Tanah hendaknya bersifat mudah meneruskan air sehingga tidak mudah becek dan memadat.
2. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu, yaitu tanah yang memiliki perbandingan seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu. Tanah yang banyak mengandung pasir atau tanah alluvial dapat digunakan untuk bawang bombay. Tetapi karena tanah seperti ini sangat cepat meneruskan air, sehingga perlu diberi pupuk kandang atau bahan organik lainnya untuk meningkatkan daya simpan air dan meningkatkan kesuburannya.
3. Keasaman tanah yang paling baik adalah sedikit agak asam sampai netral, yaitu pH antara 6-6,8. Pada pH tanah kurang dari 5, garam Aluminium yang terlarut dalam tanah dapat bersifat racun yang dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil. Sedangkan pada pH yang terlalu tinggi, garam Mangan tidak dapat diserap tanaman bawang sehingga umbi menjadi kecil dan produksinya rendah. Apabila tanahnya terlalu masam, perlu dilakukan pengapuran terlebih dulu untuk mengurangi keasamannya.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian optimum yang cocok untuk budidaya bawang bombay adalah berada pada ± 1500

keatas

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persiapan Pembibitan
Bibit bawang bombay sangat sulit untuk didapat. Hal ini disebabkan karena pembudidayaannya masih belum populer seperti bawang merah dan putih. Pengadaan bibit dari jenis bibit impor merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih. Tentu saja perlu dicari jenis-jenis yang sesuai dengan kondisi alam dan iklim Indonesia. Alternatif lain dapat pula mengadakan bibit sendiri, baik berupa biji maupun umbinya yang disebut sets.

3.1.2. Bibit dari Biji
Penanaman bawang bombay dapat dilakukan dengan menggunakan biji yang dipersemaikan lebih dulu. Dengan biji ini, biasanya dapat dihasilkan umbi tunggal dan merupakan cara murah karena harga bibitnya relatif murah. Akan tetapi, di iklim tropis seperti Indonesia ini bawang bombay sangat sulit berbunga dan membentuk biji. Untuk dapat berbunga dan membentuk biji, diperlukan suhu udara rata-rata ± 0,1-0 derajat C. Di dataran tinggi seperti Cipanas Jawa Barat dengan ketinggian 1.100 m dpl, pada musim tertentu yang di malam hari beberapa jenis bawang bombay dapat berbunga.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut, ditempuh cara berikut ini. Umbi bawang bombay yang akan ditanam untuk menghasilkan biji disimpan dulu pada suhu rendah yaitu 5-10 derajat C selama kira-kira 3-4 minggu. Setelah itu, umbi tersebut ditanam di daerah yang sejuk, kemudian agar penyerbukan berjalan dengan baik maka perlu dibantu. Pembantu penyerbukan yang baik adalah serangga, misalnya lebah madu. Oleh karena itu, pemeliharaan lebah madu di daerah pembibitan bawang sangat menguntungkan.

Cara lain untuk mendapatkan biji bawang bombay adalah dengan mendatangkan dari luar negeri. Apabila membeli bibit impor di pasaran, biji yang dipilih merupakan varietas yang bersifat hari pendek alias genjah. Kemudian biji tersebut belum kadaluwarsa karena jika kadaluwarsa daya tumbuhnya sangat rendah dan bahkan dapat gagal sama sekali.

3.1.3. Bibit dari Umbi
Pertama siapkan lahan untuk membuat persemaian. Tanahnya yang benar-benar subur dan gembur. kemudian di tempat persemaian tersebut dibuat alur-alur tebar 7,5-10 cm. Jarak antar alur sekitar 30-35 cm. Kemudian bawang bombay disebarkan pada alur tersebut dengan tebaran yang sedikit agak padat. Untuk tanah yang subur dibutuhkan biji +100 kg/ha tetapi kalau kesuburan tanahnya sedang cukup dengan 75 kg/ha. Sedangkan bila tanahnya kurang subur, sebaiknya jangan menyebarkan terlalu banyak biji, cukup dengan 50 kg/ha saja. Semaian ini dibiarkan tumbuh sesuai dengan ketentuan persemaian biasa namun tidak dilakukan penjarangan semai. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan bagi berlangsungnya seleksi secara alami. Biji yang bagus dan kuat akan tumbuh dengan baik dan biji yang lemah pertumbuhannya tidak baik akan mati.

Setelah semai bawang bombay membentuk umbi muda dengan ukuran tertentu, semai dipanen untuk dipakai sebagai bibit. Ukuran umbi muda (umbi sets) ini dapat dikelompokkan dalam tiga ukuran. Yang pertama adalah kelompok umbi sets besar yang diameter umbinya sekitar 2-2,5 cm atau beratnya 6,3 gram. Kelompok kedua adalah umbi sets sedang yang diameternya 1,5-2 cm dengan berat rata-rata 1,4 gram. Yang terakhir, umbi sets berukuran kecil dengan diameter 0,5-1,5 cm dengan beratnya 0,5 gram.

Sebaiknya, umbi sets yang berukuran di atas 2,5 cm tidak digunakan untuk bibit. Umbi set yang kecil, di bawah ukuran 1,75 cm, sebaiknya juga tidak dipakai untuk bibit karena dapat menghasilkan tanaman yang produksinya rendah. Ukuran 1,75-2,5 cm adalah pilihan untuk bibit yang baik.

3.1.4. Bibit dengan Umbi Tua
Pilihan lain untuk pengadaan bibit bawang bombay adalah umbinya sendiri. Dengan menggunakan umbi ini dapat dihasilkan tanaman yang berumpun. Dapat juga menggunakan umbi samping untuk bibit. Untuk bibit, dipilih umbi dengan ukurannya sedang dan seragam dengan beratnya antara 10-25 gram. Umbi ini dapat diperoleh dengan membeli di pasaran atau dengan memproduksi sendiri. Umbi untuk bibit harus dipilih yang bermutu bagus, tidak terserang penyakit atau ada tanda-tanda terserang penyakit maupun hama. Jangan menggunakan umbi yang cacat, luka, rusak ataupun yang pecah. Pilihlah umbi yang sudah tua, tidak mengkerut, padat, menthes dan mengkilap. Di samping itu, umbi-umbi untuk bibit tersebut harus berasal dari tanaman yang dipanen sudah tua dan telah disimpan cukup lama, yaitu umbi kawak.

3.1.5. Pembuatan Media Semai
Lahan persemaian digemburkan dengan dicangkul dalam sekitar 30 cm, lalu diberi pupuk kandang atau kompos yang telah tua sehingga tanah mengandung banyak bahan organis. Kemudian dibentuk bedengan-bedengan yang lebarnya sekitar 1 meter dan tingginya 10-15 cm. Permukaan bedengan dihaluskan bongkahan-bongkahan tanahnya sampai halus benar dan diratakan. Kalau pinggiran bedengan mudah merosot atau longsor, dapat diperkuat dengan papan atau bilah-bilah bambu.

Sebaiknya bedengan persemaian dibentuk dengan arah utara-selatan untuk mendapatkan cukup banyak cahaya matahari. Sedangkan untuk melindungi semai dari air hujan, perlu dibuat peneduhnya. Peneduh dapat dibuat dari lembaran plastik untuk atapnya. Atap ini dipasang di atas kerangka peneduh, dengan tingginya dibuat 1,25 m di sebelah Timur dan 1 m di sebelah Barat. Dengan cara ini, cahaya matahari di pagi hari yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan bawang dapat masuk lebih banyak ke persemaian.

Untuk tiap bedengan dibuat tiga alur dengan jarak antar alur sekitar 25 cm dan dalamnya alur kira-kira 5 cm. Setelah siap, bedengan dibasahi dulu sampai lembab. Kemudian biji ditabur dalam alur dengan taburan agak jarang, lalu ditutup tanah halus. Untuk tiap hektar penanaman dibutuhkan kira-kira dibutuhkan 2-2,5 kg biji. dimana tiap hektarnya perlu sekitar 300 m2 bedengan persemaian.

3.1.6. Pemeliharaan Persemaian
Persemaian disiram 3 kali dalam sehari, yaitu pagi, siang dan sore hari dengan emrat atau sprayer yang halus lubangnya. Hal terpenting adalah persemaian jangan sampai kekeringan, tetapi tidak sampai becek. Agar persemaian tidak cepat kering, dapat ditutup jerami untuk mengurangi laju penguapan air dari permukaan bedengan persemaian.

Satu minggu kemudian, semai sudah mulai tumbuh. Pada saat itu persemaian dapat disiangi untuk menghilangkan rumput-rumput dan gulma lainnya. Sekitar umur 4 minggu, dapat dilakukan penjarangan semai.

3.1.7. Pemindahan Bibit
Setelah berumur 10 minggu, semai dapat dicabut dan ditanam di lahan. sebelum dicabut, bedengan disiram dulu untuk memudahkan pencabutan semai. Semai/bibit dicabut dengan hati-hati dan sebaiknya digunakan pencukil, untuk mencukil tanah berikut semainya. Pada saat tersebut, semai kira-kira berukuran sebesar pensil.

keatas
3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan
Bagi bawang bombay, kondisi tanah yang hendak dicapai dalam pengolahan adalah tanah yang gembur, subur, tidak becek, tidak asam, bebas gulma dan sebagainya. Untuk mencapai kondisi tersebut beberapa perlakuan perlu dikemukakan, di antaranya pengapuran tanah asam kalau diperlukan.

3.2.2. Pembukaan Lahan
Pembukaan untuk budidaya bawang bombay sebaiknya sudah dilakukan sejak 2-4 minggu sebelum penanaman dan dikerjakan saat tidak ada hujan sehingga tanahnya cukup keras dan kering, agar tidak mempersulit pengerjaan dan tidak merusak struktur tanah. Lahan untuk tanaman bawang bombay ini digemburkan dulu dengan penggemburan ringan dengan cangkul, bajak atau traktor. Kemudian sekeliling lahan dibuat saluran irigasi keliling yang mengelilingi lahan. Saluran ini dalamnya sekitar 50 cm dan lebarnya 50 cm.

Kemudian, lahan digemburkan lagi agak dalam sedikit. Sambil digemburkan dalam lahan dibuat saluran melintang dan memotong lahan yang dalam dan lebarnya sekitar 40 cm. Saluran ini disebut saluran drainase. Lalu tanah bongkahan hasil cangkulan dari hasil galian saluran dibentuk bedengan, dengan parit-parit kecil di antara bedengan tersebut. Saluran drainase boleh ditiadakan, sebagai gantinya dibentuk parit-parit antar bedengan.

3.2.3. Pembentukan Bedengan
Lebar bedengan dibuat sekitar 80-100 cm dan panjangnya dapat disesuaikan dengan panjang-pendeknya lahan. Panjang bedengan antara 3-5 m. Kalau lahan agak sulit mendapatkan air, bedeng tidak perlu terlalu tinggi, cukup 15-25 cm saja. Kalau cukup banyak air atau sedikit berlebihan, bedengan perlu sedikit agak tinggi, yaitu 25-35 cm. Lalu parit-parit antar bedengan dibuat dengan lebar 35-40 cm.

keatas

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1 Penentuan Jarak Tanam
Karena umbi bawang bombay cukup besar, jarak tanamnya sedikit lebih renggang. Batasan jarak tanam bawang bombay adalah 25-40 cm, untuk antar baris tanaman dan 10-40 cm antar tanaman dalam baris. Ada yang menggunakan jarak tanam 10 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm. Kalau bibitnya berupa semai, biasanya dipakai jarak tanam 10 x 25 cm. Tetapi jika bibitnya berupa umbi sets atau umbi tua, jarak tanamnya kira-kira 30 x 30 cm atau 40 x 40 cm. Jarak tanam terlalu rapat kurang baik, dan terlalu renggang pun tidak ekonomis.

3.3.2 Pembuatan Lubang Tanaman
Kalau dipakai bibit semai, mula-mula dibuat lubang dengan penugal yang dalamnya kira-kira 5-7,5 cm, kalau tanahnya berpasir. Tetapi jika tanahnya berupa lempung atau yang lain, kedalaman lubang sekitar 5 cm sudah cukup. Selanjutnya, bibit semai ditanamkan ke dalam lubang dengan akar tegak ke bawah dan tanah ditimbunkan ke pangkal batang sambil sedikit ditekan.

3.3.3. Cara Penanaman
Jika digunakan bibit berupa umbi atau sets, mula-mula dibuat lubang dengan penugal untuk membantu menancapkan bibit ke bedengan. Umbi bibit lalu dimasukkan ke dalam lubang, sampai kira-kira bagian bekas potongan pada umbi rata dengan permukaan tanah bedengan. Posisi umbi diusahakan tegak ke atas dengan bagian potongan berada di permukaan tanah bedengan. Jangan sampai meletakkan umbi bibit dalam posisi terbalik. Setelah itu, ditutup tanah tipis-tipis. Setelah penanaman selesai, bedengan dibasahi secukupnya sampai lembab.

Pelaksanaan penanaman bawang bombay usahakan dapat dikerjakan saat tidak ada hujan. Sebaiknya dipilih waktu pagi hari, saat matahari belum terlalu tinggi dan selagi cuaca cerah. Kalau lagi hujan atau cuaca kurang bersahabat, sebaiknya penanaman ditangguhkan dulu sampai cuaca memungkinkan untuk penanaman.

keatas

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penyiangan
Penyiangan rumput hendaknya dikerjakan dengan hati-hati agar tidak sampai merusak perakaran bawang bombay. Sambil menyiangi sekaligus dapat dilakukan penggemburan tanah agar permukaan bedengan tidak memadat. Bedengan yang longsor atau rusak dibenahi kembali. Juga saluran dan parit-paritnya. Kalau umbi yang mulai tumbuh nampak terangkat oleh akarnya sampai muncul di permukaan, hendaknya segera dibenahi kedudukannya sehingga umbi tertutup tanah.

Biasanya, penyiangan rumput dilakukan 2 kali, yaitu saat berumur 3 minggu dan setelah berumur 6 minggu. Sering pula saat penyiangan atau penggemburan tanah dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan, sekaligus untuk membenamkan pupuk susulan ke dalam tanah. Jangan menggemburkan tanah selagi bedengan masih basah karena dapat memadatkan tanah. Sebaiknya dikerjakan sebelum pengairan diberikan sehingga tanah bedengan masih kering.

3.4.2. Pemupukan
Bongkahan tanah di atas bedengan dihancurkan sambil diratakan sampai halus dan merata. Kira-kira seminggu sebelum tanam, diberikan pupuk kandang/kompos yang telah tua sebanyak 10-15 ton/ha. Pupuk ini dicampurkan pada tanah bedengan sambil menggemburkan dan meratakan bedengan lagi. Dengan pemberian pupuk ini akan dapat membantu memperbaiki struktur tanah, memperbaiki daya tampung air, kesuburan dan kegemburan tanah.

Setelah itu lahan perlu dibasahi secukupnya dengan memakai emrat atau sprayer. Lalu kira-kira 2-3 hari sebelum penanaman diberi pupuk lagi yaitu pupuk buatan yang berfungsi sebagai pupuk dasar. Tanah bedengan diratakan lagi sekaligus sambil membenamkan pupuk ke dalam tanah. Selanjutnya bedengan dibasahi lagi secukupnya.

3.4.3. Pengairan
Bawang bombay banyak memerlukan air, terutama saat pembentukan umbi. Menjelang pertumbuhan tua, kebutuhan akan air makin menurun dan menjelang panen lebih baik apabila tidak diberi air. Dengan kondisi sistem perakarannya berupa akar serabut yang tidak terlalu panjang, pengairan yang diberikan harus dapat mencapai dan dapat diserap oleh perakarannya. Sementara itu, penanaman bawang bombay umumnya dilakukan pada musim kemarau yang justru tidak banyak tersedia air. Karena itu, peranan pengairan dalam budidaya bawang bombay menjadi sangat penting.

Pengairan dapat dilakukan pula dengan sistem leb, yaitu dengan menggenangi parit-parit dan saluran-saluran. Sistim ini membutuhkan banyak air yang pada saat penanaman, air akan sulit diperoleh (musim kering). Di samping itu, sistim leb dapat menyebabkan memadatnya tanah. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengairan sistim leb adalah usahakan agar pengairan dapat mencapai sistem perakaran dan dapat diserapnya. Setelah pengairan dirasa cukup air dalam parit dan saluran perlu segera dituras/dibuang sehingga tidak menyebabkan lahan menjadi becek.

Cara lain yang lebih baik adalah dengan menyiramkan air melalui emrat/sprayer/sprinkler. Penggunaan emrat lebih cocok untuk mengairi lahan yang tidak begitu luas. Untuk lahan luas, penggunaan sprinkler lebih sesuai. Meski begitu penggunaan alat ini membutuhkan perlengkapan khusus, yaitu pompa air dan sprinkler.

Pengairan pertama dilakukan segera setelah bibit ditanam. Bedengan dibasahi secukupnya. Setelah itu, pengairan dapat dilakukan setiap dua hari sekali yang dikerjakan pagi dan sore hari. Yang perlu diperhatikan adalah tanah-tanah bedengan jangan sampai kekeringan dan juga tidak menjadi becek. Pengairan ini diberikan sampai pembentukan umbi mencapai ukuran maksimum atau sudah menjelang tua.

keatas

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama
Hama yang menyerang bawang bombay adalah hama bodas, penggerek daun dan lain sebagainya.

3.5.2. Penyakit
Penyakit yang menyerang bawang bombay adalah penyakit embun upas, penyakit busuk, bercak ungu dan sebagainya. Sebagai tindakan pengendalian ada yang melakukan penyemprotan tiap 7-10 hari sekali. Apabila terjadi hujan siang hari (musim kemarau), tanaman harus segera disemprot. Demikian pula jika malam harinya cuaca berembun atau hujan, maka pagi harinya segera disemprot fungisida untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit. Selain itu, dijaga agar tanah bedengan tidak becek.

keatas

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur panen
Umur panen bawang bombay berkisar 4-5 bulan. Jenis yang berumur panjang dapat mencapai 5 bulan, sedang yang berumur pendek biasanya kurang/sampai dari 4 bulan. Kalau tanaman digunakan untuk menghasilkan umbi untuk bibit, pemanenan dilakukan pada umur yang lebih tua daripada panen untuk umbi konsumsi.

Ciri yang dapat digunakan untuk mengamati saat panen yang baik adalah perubahan warna daun dan batang leher umbinya. Kalau ujung-ujung daun mulai menguning dan batang leher umbi sudah mengempis, berarti saat panen sudah dekat.

3.6.2. Cara Panen
Apabila 30% dari seluruh tanaman sudah mengulai daunnya, maka tanaman dapat dirobohkan untuk mempercepat menuanya umbi dan beberapa hari kemudian bawang bombay sudah dapat dipanen. Jangan dibiarkan terlalu lama karena umbi-umbi dalam tanah pada keadaan demikian dapat menurunkan mutu umbi. Jangan memanen umbi yang terlalu muda karena umbi kurang padat dan jika disimpan akan banyak susut, mudah membusuk dan berkeriput.

Cara pemanen adalah dengan cara mencabut. Apabila sulit dicabut atau daunnya mudah patah, dapat dibantu dengan membongkar bedengan. Panenlah sebelum batang benar-benar kering dan cukup liat untuk dicabut. Pemanenan sebaiknya dikerjakan saat cuaca cerah, tidak mendung apalagi hujan. Sebaiknya waktu pagi hari selagi matahari belum terik dan embun telah hilang.

Setelah dicabut, untuk sementara biarkan umbi-umbi serta batangnya tersebut disimpan di atas bedengan agar sedikit lebih kering. Onggokkan sejajar sedemikian rupa sehingga umbi-umbinya tertimbun daun-daunnya. Dengan demikian, umbi akan terhindar dan terpaan panas matahari langsung. Selanjutnya umbi dapat diangkut ke tempat pengeringan

keatas

3.7. Pascapanen

3.7.1. Penyortiran dan Penggolongan
Sebelum dijual ada baiknya jika umbi-umbi disortasi dulu. Umbi-umbi yang rusak, luka atau terkena serangan hama-penyakit dipisahkan dalam kelompok tersendiri. Tanah yang masih menempel di akar dibersihkan. Bagian batangnya dipotong kira-kira 2 cm di atas batang leher umbi. Jangan memotong terlalu pendek agar tidak mengenai umbi yang dapat menyebabkan luka dan memudahkan terkena hama atau penyakit. Kulit terluar yang sudah nampak terkelupas dibuang sehelai sehingga umbi nampak mengkilap, bersih dan cerah.

Setelah itu, umbi dikelompokan menurut besarnya, yaitu dalam kelompok berukuran besar, sedang dan kecil. Untuk pengepakan dapat digunakan karung atau wadah yang memberikan sirkulasi udara bersih dalam wadah.

3.7.2. Penyimpanan
Di para-para di atas perapian dapur atau dalam gudang dapat digunakan untuk menyimpan bawang bombay. Namun demikian, karena belum banyak petani yang menanam bawang bombay, maka untuk sementara ini mungkin hasil produksi dapat cepat terjual habis.

3.7.3. Pengeringan
Pengeringan bawang bombay dilakukan dengan cara menjemur atau dengan menggunakan pengering buatan. Usahakan agar pengeringan dapat berjalan cepat sehingga kemungkinan kerusakan karena belum kering dapat terhindarkan.

Read more...

menanam kedelai


Teknik Budidaya/ Menanam Kedelai




PENDAHULUAN
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai. PT. Natural Nusantara berusaha membantu dalam peningkatan produksi secara kuantitas , kualitas dan kelestarian lingkungan sehingga kita bisa bersaing di era pasar bebas.

SYARAT TUMBUH
Tanaman dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah asal drainase (tata air) dan aerasi (tata udara) tanah cukup baik, curah hujan 100-400 mm/bulan, suhu udara 230C - 300C, kelembaban 60% - 70%, pH tanah 5,8 - 7 dan ketinggian kurang dari 600 m dpl.

PENGOLAHAN TANAH
- Tanah dibajak, digaru dan diratakan
- Sisa-sisa gulma dibenamkan
- Buat saluran air dengan jarak sekitar 3-4 m
- Tanah dikeringanginkan tiga minggu baru ditanami
- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1 botol (500 cc) POC NASA diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m² (10 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA, cara penggunaannya sebagai berikut:
- Alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- Alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan SUPER NASA untuk menyiram 5-10 meter bedengan.

PENANAMAN
- Rendam benih dalam POC NASA dosis 2 cc / liter selama 0,5 jam dan dicampur Legin (Rhizobium ) untuk tanah yang belum pernah ditanami kedelai
- Buat jarak tanam antar tugalan berukuran 30 x 20 cm, 25 x 25 cm atau 20 x 20 cm
- Buat lubang tugal sedalam 5 cm dan masukkan biji 2-3 per lubang
- Tutup benih dengan tanah gembur dan tanpa dipadatkan
- Waktu tanam yang baik akhir musim hujan

PENJARANGAN & PENYULAMAN
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari, benih yang tidak tumbuh diganti atau disulam dengan benih baru yang akan lebih baik jika dicampur Legin. Penyulaman sebaiknya sore hari.

PENYIANGAN
Penyiangan pertama umur 2-3 minggu, ke-2 pada saat tanaman selesai berbunga (sekitar 6 minggu setelah tanam). Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2.

PEMBUBUNAN
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.

PEMUPUKAN
Contoh jenis dan dosis pupuk sebagai berikut :

Waktu
Dosis Pupuk Makro (per ha)

Urea (kg)

SP-36 (kg)

KCl (kg)


2 Minggu Setelah Tanam
50
40
20

6 Minggu Setelah Tanam
30

20
40

Total
80 kg
60 kg
60 kg



POC NASA diberikan 2 minggu sekali semenjak tanaman berumur 2 minggu, dengan cara disemprotkan (4 - 8 tutup POC NASA/tangki).
Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10 - 20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3 - 4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan, akan lebih aman jika disiramkan.

PENGAIRAN DAN PENYIRAMAN
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering.

PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONA dilakukan pada permukaan daun bagian bawah.

2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA

3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.

4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.

5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.

7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.

8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO

9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal

10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO

11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir

12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal

PANEN DAN PASCA PANEN
- Lakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.
- Perlu diperhatikan, kedelai sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75 - 100 hari, sedangkan untuk benih umur 100 - 110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
- Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur.
- Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.

Read more...

budidaya bawang merah


Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lahan Kering

PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas ini. Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas ini. Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti Brebes, Tegal, dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah lain sebenarnya berpeluang cukup besar untu pengembangan bawang merah, misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis, bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di lahan irigasi maupun di lahan kering. Dengan demikian bawang merah mempunyai prospek untuk dikembangkan di lahan kering. Berikut ini disampaikan syarat tumbuh dan teknik budidaya bawang merah di lahan kering.
SYARAT TUMBUH
Bawang merah dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik di dataran rendah maupun dataran tinggi hingga sekitar 1000 m di atas permukaan laut (dpl). Namun demikian, produksi terbaik umumnya diperoleh di dataran rendah yang didukung oleh iklim yang ideal, meliputi : suhu udara berkisar 25 – 32 OC,, kondisi cuaca kering dan tempat terbuka dengan penyinaran sekitar 75%. Persyaratan tanah untuk bawang merah adalah : subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang paling baik yakitu lempung berpasir atau lempung berdebu, pH tanah 5,5 – 6,5, dan drainase serta aerasi tanah baik.
TEKNIK  BUDIDAYA
Secara umum, teknik budidaya bawang merah di lahan kering tidak jauh berbeda dengan teknik budidaya di lahan irigasi/sawah, yakni sebagai berikut :
Pemilihan bibit.  
Bibit merupakan salah satu persyaratan teknik budidaya yang menentukan keberhasilan usahatani, termasuk usahatani bawang merah. Syarat-syarat bibit yang baik adalah : (a) sudah cukup tua (dipanen sekitar 70 hari) dan telah melalui masa penyimpanan selama 60-90 hari, (b) bila umbi dipotong 1/3 bagian, titik tumbuh nampak berwarna hijau, (c) ukuran umbi sedang (3-4 gram/umbi), (d) bernas, kulit umbi mengkilap dan tidak luka. Kebutuhan bibit sekitar 800 -1200 kg/ha
Persiapan lahan. 
Lahan kering/tegalan untuk budidaya bawang merah perlu diolah terlebih dahulu. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna, yakni diolah sedalam sekitar 30 cm, digemburkan, dan sisa-sisa tanaman sebelumnya dibersihkan. Bedengan dibuat dengan lebar 100 - 120 cm dengan ketinggian 10 cm, di bagian luar bedengan dibuat guludan keliling dengan ketinggian sekitar 20 cm. Setelah pembuatan bedengan selesai, taburkan pupuk kandang (sebagai pupuk dasar) sebanyak 10 t/ha, kemudian diaduk merata.
Penanaman.  
Penanaman bawang merah sebaiknya dilakukan setelah tujuh hari pemberian pupuk kandang, dengan jarak tanam 20 cm x 10 cm. Teknis penanaman yaitu dengan membenamkan 2/3 bagian bibit (umbi) ke dalam tanah. Penyiraman tanah perlu dilakukan sebelum maupun sesudah tanam. Untuk mencegah bibit yang baru ditanam busuk, perlu ditaburkan Dithane M-45 atau abu dapur ke bedengan.  Dithane M-45 juga dapat disemprotkan ke permukaan bedengan.
Pemupukan. 
Anjuran pemupukan secara umum untuk bawang merah adalah sebagai berikut : (a) pupuk dasar berupa pupuk kandang matang (siap digunakan) sebanyak 10 t/ha, (b) pupuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 100 kg, 150-200 kg, dan 200 kg per hektar, diberikan secara larikan pada saat tanam, (c) pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 35 hari yakni Urea sebanyak 100 -150 kg/ha, diberikan secara larikan.
Penyiraman dan Penyiangan.  
Bawang merah merupakan tanaman yang memerlukan banyak air tetapi tidak tahan genangan/kondisi becek. Penyiraman sebaiknya dilakukan menggunakan gembor. Untuk tanaman berumur 0 -10 hari, penyiraman dilakukan 2 (dua) kali yakni pagi dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut  penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Cara penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata). Apabila digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari.  Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali. Penyiangan pada budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan 2 kali yakni pada saat tanaman berumur 10 -15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan). Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.
Pengendalian Hama dan Penyakit. 
Hama-hama penting pada budidaya bawang merah serta cara pengendaliannya adalah sebagai berikut.
  • Ulat daun bawang (Spodoptera exiqua). Gejala serangan : pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga kadang-kadang daun terkulai. Cara pengendalian : rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
  • Trips (Trips tabaci Lind.). Gejala serangan : terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau. Cara pengendalian : mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
  • Ulat tanah (Agrotis epsilon). Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.
  • Penyakit bercak ungu atau trotol (Alternaria porri). Gejala serangan : pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung hitam. Serangan umumnya terjadi pada musim hujan. Cara pengendalian : rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan 4 F.
  • Nematoda akar (Ditylenchus dispaci). Gejala seranga : tanaman kerdil dan tidk mampu membentuk umbi. Cara pengendalian : pemberian Furadan 3G sebanyak 20-80 kg per hektar.
PANEN DAN PASCA PANEN
Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri :
  • Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang telah lemas dan daun menguning
  • Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di permukaan tanah
  • Warna kulit umbi mengkilat atau memerah
  • Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat)
  • Umbi yang telah diikat dijemur dengan posisi daun berada di atas (selama 5-7 hari). Setelah daun kering, ikatan diperbesar dengan menyatukan 3-4 ikatan kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatan dijemur kembali dengan posisi umbi di atas (selama 2-3 hari),
  • Bila umbi telah kering, umbi siap disimpan di gudang atau di para-para.

Read more...

TEKNIS BUDIDAYA MENTINUN


BUDIDAYA MENTIMUN

I. PENDAHULUAN
Produksi mentimun di Indonesia masih sangat rendah padahal potensinya masih bisa ditingkatkan. Untuk itu PT. Natural Nusantara berupaya turut membantu meningkatkan produksi secara Kualitas, Kuantitas dan Kelestarian (K-3).


II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Adaptasi mentimun pada berbagai iklim cukup tinggi, namun pertumbuhan optimum pada iklim kering. Cukup mendapat sinar matahari, temperatur (21,1 - 26,7)°C dan tidak banyak hujan. Ketinggian optimum 1.000 - 1.200 mdpl.

2.2. Media Tanam
Tanah gembur, banyak mengandung humus, tata air baik, tanah mudah meresapkan air, pH tanah 6-7.


III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
a. Siapkan Natural GLIO dan campurkan dengan pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu.
b. Siapkan tanah halus dan pukan dapat diganti SUPERNASA / POC NASA yang telah dicampur Natural GLIO (tanah : pukan = 7:3) dan masukkan polybag.
c. Rendam benih dalam larutan POC NASA dan air hangat (2cc/l) selama 30 menit.
d. Peram selama 12 jam. Setiap benih yang berkecambah dipindahkan ke polibag sedalam 0,5-1 cm.
e. Polybag dinaungi plastik bening dan bibit disiram dua kali sehari.
f. Semprotkan POC NASA (2cc/l air) pada 7 hss.
g. Setelah berumur 12 hari atau berdaun 3-4 helai, bibit dipindahkan ke kebun.
3.2. Pengolahan Media Tanam
a. Bersihkan lahan dari gulma, rumput, pohon yang tidak diperlukan.
b. Berikan kalsit/dolomit (pH tanah <6>3.3. Penanaman
- Siram bibit dalam polibag dengan air
- Keluarkan bibit bersama medianya dari polibag.
- Tanamkan bibit di lubang tanam dan padatkan tanah di sekitar batang.

3.4. Pemeliharaan Tanaman
- Tanaman yang rusak atau mati dicabut dan segera disulam dengan tanaman yang baik.
- Bersihkan gulma (bisa bersama waktu pemupukan).
- Pasang ajir pada 5 hst ( hari setelah tanam ) untuk merambatkan tanaman.
- Daun yang terlalu lebat dipangkas, dilakukan 3 minggu setelah tanam pada pagi atau sore hari.
- Pengairan dan Penyiraman rutin dilakukan setiap pagi dan sore hari dengan cara di siram atau menggenangi lahan selama 15-30 menit. -Selanjutnya pengairan hanya dilakukan jika diperlukan dan diintensifkan kembali pada masa pembungaan dan pembuahan.

3.5. Pemupukan:

Waktu 

Pupuk (kg) 

TSP 

Urea 

KCL

Pukan 

Pupuk Dasar

150 

150 

150 

20.000

3-5 hst

100

150 

100 

10 hst

250 

300 

100 

Setelah berbunga


250

250 

Setelah Panen I


100 

100



POC NASA +
Hormonik

(Mulai umur
2–10 minggu)

Disemprotkan ke daun :
  • Alternatif 1: 8 kali ( interval 1 minggu sekali) dgn dosis 3 – 4 tutup POC NASA + 1 tutupHormonik per tangki
  • Alternatif 2: 4 kali (interval 2 minggu sekali ) dgn dosis 6 - 8 tutup POC NASA + 1 tutupHormonik per tangki







3.6. Hama dan Penyakit
3.6.1. Hama
a. Oteng-oteng atau Kutu Kuya (Aulocophora similis Oliver).
Kumbang daun berukuran 1 cm dengan sayap kuning polos. Gejala : merusak dan memakan daging daun sehingga daun bolong; pada serangan berat, daun tinggal tulangnya. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA.

b. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Ulat ini berwarna hitam dan menyerang tanaman terutama yang masih muda. Gejala: Batang tanaman dipotong disekitar leher akar.

c. Lalat buah (Dacus cucurbitae Coq.)
Lalat dewasa berukuran 1-2 mm. Lalat menyerang mentimun muda untuk bertelur, Gejala: memakan daging buah sehingga buah abnormal dan membusuk. Pengendalian : Natural METILAT.

d. Kutu daun (Aphis gossypii Clover)
Kutu berukuran 1-2 mm, berwarna kuning atau kuning kemerahan atau hijau gelap sampai hitam. Gejala: menyerang pucuk tanaman sehingga daun keriput, kerititing dan menggulung. Kutu ini juga penyebar virus. Pengendalian : Natural BVR atau PESTONA


3.6.2. Penyakit
a. Busuk daun (Downy mildew)
Penyebab : Pseudoperonospora cubensis Berk et Curt. Menginfeksi kulit daun pada kelembaban udara tinggi, temperatur 16 - 22°C dan berembun atau berkabut. Gejala : daun berbercak kuning dan berjamur, warna daun akan menjadi coklat dan busuk. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

b. Penyakit tepung (Powdery mildew )
Penyebab : Erysiphe cichoracearum. Berkembang jika tanah kering di musim kemarau dengan kelemaban tinggi. Gejala : permukaan daun dan batang muda ditutupi tepung putih, kemudian berubah menjadi kuning dan mengering. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

c. Antraknose
Penyebab : cendawan Colletotrichum lagenarium Pass. Gejala: bercak-bercak coklat pada daun. Bentuk bercak agak bulat atau bersudut-sudut dan menyebabkan daun mati; gejala bercak dapat meluas ke batang, tangkai dan buah. Bila udara lembab, di tengah bercak terbentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

d. Bercak daun bersudut
Penyebab : cendawan Pseudomonas lachrymans. Menyebar pada saat musim hujan. Gejala : daun berbercak kecil kuning dan bersudut; pada serangan berat seluruh daun yang berbercak berubah menjadi coklat muda kelabu, mengering dan berlubang. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

e. Virus
Penyebab : Cucumber Mosaic Virus, CMV, Potato virus mosaic, PVM; Tobacco Etch Virus, TEV; otato Bushy Stunt Virus (TBSV); Serangga vektor adalah kutu daun Myzus persicae Sulz dan Aphis gossypii Glov. Gejala : daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, daun berkerut, tepi daun menggulung, tanaman kerdil. Pengendalian: dengan mengendalikan serangga vektor dengan Natural BVR atau PESTONA, mengurangi kerusakan mekanis, mencabut tanaman sakit dan rotasi dengan famili bukan Cucurbitaceae.

f. Kudis (Scab)
Penyebab : cendawan Cladosporium cucumerinum Ell.et Arth. Terjadi pada buah mentimun muda. Gejala : ada bercak basah yang mengeluarkan cairam yang jika mengering akan seperti karet; bila menyerang buah tua, terbentuk kudis yang bergabus. Pengendalian : Pemberian Natural GLIO sebelum tanam.

g. Busuk buah
Penyebab : cendawan (1) Phytium aphinadermatum (Edson) Fizt.; (2) Phytopthora sp., Fusarium sp.; (3) Rhizophus sp., (4) Erwinia carotovora pv. Carotovora. Infeksi terjadi di kebun atau di tempat penyimpanan. Gejala : (1) Phytium aphinadermatum: buah busuk basah dan jika ditekan, buah pecah; (2) Phytopthora: bercak agak basah yang akan menjadi lunak dan berwarna coklat dan berkerut; (3) Rhizophus: bercak agak besah, kulit buah lunak ditumbuhi jamur, buah mudah pecah; (4) Erwinia carotovora: buah membusuk, hancur dan berbau busuk. Pengendalian: dengan menghindari luka mekanis, penanganan pasca panen yang hati-hati, penyimpanan dalam wadah bersih dengan suhu antara 5 - 7 derajat C. Dan pemberian Natural GLIO sebelum tanam.


3.7. Panen
3.7.1. Ciri dan Umur Panen
Buah mentimun muda lokal untuk sayuran, asinan atau acar umumnya dipetik 2-3 bulan setelah tanam, mentimun hibrida dipanen 42 hari setelah tanam Mentimun Suri dipanen setelah matang.

3.7.2. Cara Panen
Buah dipanen di pagi hari sebelum jam 9.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam.

3.7.3.Periode Panen

Mentimun sayur dipanen 5 - 10 hari sekali tergantung dari varitas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki.

Read more...

BUDIDAYA WORTEL



I. UMUM

1.1. Sejarah Singkat

Wortel/carrots (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang (sub-tropis) yaitu berasal dari Asia Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Rintisan budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah, menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya.

1.2. Sentra Penanaman

Di Indonesia budidaya wortel pada mulanya hanya terkonsentrasi di Jawa Barat yaitu daerah Lembang dan Cipanas. Namun dalam perkembangannya menyebar luas ke daerah-daerah sentra sayuran di Jawa dan Luar Jawa. Berdasarkan hasil survei pertanian produksi tanaman sayuran di Indonesia (BPS, 1991) luas areal panen wortel nasional mencapai 13.398 hektar yang tersebar di 16 propinsi yaitu; Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, NTT, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya.

1.3. Jenis Tanaman

Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub-Divisi : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae (Apiaceae)
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.

Tanaman wortel banyak ragamnya, tetapi bila dilihat bentuk umbinya dapat dipilih menjadi 3 golongan, yakni :
a) Tipe Chantenay, berbentuk bulat panjang dengan ujung yang tumpul.
b) Tipe Imperator, berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing.
c) Tipe Nantes, merupakan tipe gabungan antara imperator dan chantenay.

1.4. Manfaat Tanaman

Wortel merupakan bahan pangan (sayuran) yang digemari dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan mengkonsumsi wortel sangat dianjurkan, terutama untuk menghadapi masalah kekurangan vitamin A. Dalam setiap 100 gram bahan mengandung 12.000 S.I vitamin A. Merupakan bahan pangan bergizi tinggi, harga murah dan mudah mendapatkannya.

Selain sebagai "gudang vitamin A serta nutrisi", juga berkhasiat untuk penyakit dan memelihara kecantikan. Wortel ini mengandung enzim pencernaan dan berfungsi diuretik. Meminum segelas sari daun wortel segar ditambah garam dan sesendok teh sari jeruk nipis berkhasiat untuk mengantisipasi pembentukkan endapan dalam saluran kencing, memperkuat mata, paru-paru, jantung dan hati. Bahkan dengan hanya mengunyah daun wortel dapat menyembuhkan luka-luka dalam mulut/nafas bau, gusi berdarah dan sariawan.



II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

1. Tanaman wortel merupakan sayuran dataran tinggi. Tanaman wortel pada permulaan tumbuh menghendaki cuaca dingin dan lembab. Tanaman ini bisa ditanaman sepanjang tahun baik musim kemarau maupun musim hujan.
2. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh dengan suhu udara yang dingin dan lembab. Untuk pertumbuhan dan produksi umbi dibutuhkan suhu udara optimal antara 15,6-21,1 derajat C. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbi kecil-kecil (abnormal) dan berwarna pucat/kusam. bila suhu udara terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang kecil.

2.2. Media Tanam

1. Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman wortel adalah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang).
2. Jenis tanah yang paling baik adalah andosol. Jenis tanah ini pada umumnya terdapat di daerah dataran tinggi (pegunungan).
3. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada keasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5 untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-6,8. Pada tanah yang pH-nya kurang dari 5,0, tanaman wortel akan sulit membentuk umbi.
4. Demikian pula tanah yang mudah becek atau mendapat perlakuan pupuk kandang yang berlebihan, sering menyebabkan umbi wortel berserat, bercabang dan berambut.

2.3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia wortel umunya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian 1.000-1.200 m dpl. tetapi dapat pula ditanam di dataran medium (ketinggian lebih dari 500 m dpl.), produksi dan kualitas kurang memuaskan.



III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan

3.1.1. Persyaratan Benih

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sumber benih yang menjadi bibit harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Tanaman tumbuh subur dan kuat.
b) Bebas hama dan penyakit/sehat.
c) Bentuknya seragam.
d) Dari jenis yang berumur pendek.
e) Berproduksi tinggi.

3.1.2. Penyiapan Benih

Wortel diperbanyak secara generatif dengan biji-bijinya. Biji (benih) wortel dapat dibeli di toko-toko saran produksi pertanian terdekat, tetapi dapat pula membenihkan sendiri, terutama atas jenis/varietas wortel lokal dan non hibrida.

Para petani di sentra produksi sayuran sudah umum mempraktekan pembenihan (pembijian) wortel lokal dengan tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :

1. Pilih tanaman wortel yang umurnya cukup tua (± 3 bulan), tumbuhnya subur dan sehat. Bongkar (cabut) tanaman wortel pilihan tadi, kemudian amati umbinya Umbi wortel yang baik dan sehat jadikan pohon induk, bentuk normal (tidak cacat), warna kulit mengkilap kuning/jingga dan halus.
2. Potong ujung umbi wortel maksimal sepertiga bagian, pangkas pula tangkai daun bersama daunnya, sisakan 10 cm yang lekat pada umbi.
3. Siapkan lahan untuk kebun pembibitan wortel dapat bentuk bedengan-bedengan yang diolah secara sempurna (dipupuk kandang optimal).
4. Buat lubang tanam dengan alat bantu cangkul/tunggal pada jarak tanam 40-60 cm x 40-60 cm.
5. Tanam umbi wortel pada lubang tanam, padatkan tanahnya perlahan-lahan hingga menutup bagian leher batang.
6. Buat alur-alur dangkal disepanjang barisan tanaman (umbi) wortel sejauh ± 5 cm dari batang (dalam bentuk lubang pupuk oleh tugal).
7. Lakukakan pemberian pupuk buatan berupa campuran ZA+SP+KCL (1:2:2) sebanyak 10 gr/tanaman, kemudian pupuk tersebut segera ditutup dengan tanah tipis .
8. Pelihara kebun bibit wortel selama ± 3 bulan hingga menghasilkan tangkai buah dan biji dalam jumlah banyak.
9. Petik tangkai buah wortel yang sudah tua (kering), lalu jemur hingga kering untuk diambil biji-bijinya.

Tatacara penyiapan benih wortel adalah sebagai berikut:

1. Pilih benih wortel yang baik, yakni berasal dari varietas unggul, murni, dan daya kecambahnya tinggi (lebih dari 90%).
2. Gosok-gosokan benih wortel dengan kedua belah telapak tangan agar diantara benih satu sama lain tidak berlekatan.
3. Rendam benih wortel dalam air dingin selama 12-24 jam atau dalam air hangat suam-suam kuku (60 derajat C) selama 15 menit. Tujuan dari perendaman benih adalah mempercepat proses perkecambahannya.
4. Tiriskan benih wortel dalam suatu wadah, misal tampah hingga menjadi cukup kering. Benih wortel sudah siap ditanam (disebar) di lahan kebun.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih

Biji wortel di taburkan langsung di tempat penanaman, dapat disebarkan merata di bedengan atau dengan dicicir memanjang dalam barisan. Jarak barisan paling tidak 15 cm, kemudian kalau sudah tumbuh dapat dilakukan penjarangan sehingga tanaman wortel itu berjarak 3-5 cm satu sama lain.

Kebutuhan benih untuk penanaman setiap are antara 150-200 gram. Para petani sayuran jarang menggunakan lebih dari 10 kg benih untuk tiap hektar. Biji wortel akan mulai berkecambah setelah 8-12 hari.

3.1.4. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

Selama ditanam, pemeliharaan wortel relatif mudah, yakni penyiangan bersamaan dengan pemupukan pada waktu tanaman berumur 1 bulan sejak tanam. Pupuk yang diberikan berupa ZA 2 kuintal dan ZK 1 kuintal/hektar diletakkan sejauh 5 cm dari batangnya, baik sejajar dengan barisan maupun dilarutkan dalam air untuk disiramkan kepada tanah.

Untuk merangsang pembentukkan umbi yang optimal perlu ditunjang pembubunan dan pengguludan sekaligus memperjarang tanaman yang tumbuhnya sangat rapat. Sisakan tanaman yang pertumbuhannya baik dan sehat pada jarak 5-10 cm.

Untuk mengendalikan hama serangga Semiaphis aphid dan S. daucisi penyerang daun serta lalat Psilarosae pelubang umbi wortel perlu disemprot insektisida yang dianjurkan, misal Folidol 0,2%.

3.2. Pengolahan Media Tanam

3.2.1. Persiapan

Mula-mula tanah dicangkul sedalam 40 cm, dan diberi pupuk kandang atau kompos sebanyak 15 ton setiap hektarnya. Tanah yang telah diolah itu diratakan dan dibuat alur sedalam 1 cm dan jarak antara alur 15-20 cm.

Areal yang akan dijadikan kebun wortel, tanahnya diolah cukup dalam dan sempurna, kemudian diberi pupuk kandang 20 ton/ha, baik dicampur maupun menurut larikan sambil meratakan tanah. Idealnya dipersiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan selebar 100 cm dan langsung dibuat alur-alur/larikan jarak 20 cm, hingga siap ditanam.

3.2.2. Pembukaan Lahan

1. Membuka Lahan
1. Babat pohon-pohon atau semak-semak maupun tanaman lain yang tidak berguna.
2. Bersihkan lahan dari rumput-rumput liar (gulma), batu kerikil dan sisa tanaman lain.
2. Mengolah Tanah
1. Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan alat bantu cangkul, bajak/traktor.
2. Biarkan tanah di kering anginkan selama minimal 15 hari, agar kelak keadaan tanah benar-benar matang.

3.2.3. Pembentukan Bedengan

1. Olah tanah untuk kedua kalinya dengan cangkul hingga struktur tanah bertambah gembur.
2. Buat bedengan-bedengan dengan ukuran lebar 120-150 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antar bedengan 50-60 cm dan panjang tergantung pada keadaan lahan.

3.2.4. Pengapuran

1. Lakukan pengapuran bila pH tanah asam di bawah 5 dengan cara menaburkan bahan kapur seperti Calcit, Dolomit atau Zeagro 1 secara merata di permukaan tanah. Dosis kapur yang diberikan berkisar antara 0,75-10,24 ton/ha.
2. Campurkan kapur dengan lapisan tanah atas (top soil) sambil dibalikan hingga benar-benar merata. Bila tidak turun hujan, tanah yang telah dikapur sebaiknya disiram (diairi) hingga cukup basah.

3.2.5. Pemupukan

1. Sebarkan pupuk kandang yang telah matang (jadi) sebanyak 15-20 ton/ha di permukaan bedengan, kemudian campurkan dengan lapisan tanah atas secara merata. Pada tanah yang masih subur (bekas kubis atau kentang), pemberian pupuk dapat ditiadakan.
2. Ratakan permukaan bedengan hingga tampak datar dan rapi.

3.3. Teknik Penanaman

3.3.1. Penentuan Pola Tanaman
Tanah kebun dicangkul sedalam 30-40 cm dan digemburkan. Setelah itu di buat bedengan tanaman selebar kurang lebih 100 cm dan dibuat guritan dengan jarak kurang lebih 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lobang Tanam
Tanah diolah sedalam 30-40 cm hingga strukturnya gembur dengan menggunakan traktor/bajak dan alat cangkul.

3.3.3. Cara Penanaman

Tata cara penanaman (penaburan) benih wortel melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Sebarkan (taburkan) benih wortel secara merata dalam alur-alur/garitan-garitan yang tersedia.
2. Tutup benih wortel dengan tanah tipis sedalam 0,5-1 cm.
3. Buat alur-alur dangkal sejauh 5 cm dari tempat benih arah barisan (memanjang) untuk meletakkan pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan adalah campuran TSP ± 400 kg (± 200 kg P2 O5/ha) dengan KCl 150 kg (± 75 kg K2O/ha).
4. Sebarkan pupuk tersebut secara merata, kemudian tutup dengan tanah tipis.
5. Tutup tiap garitan (alur) dengan dedaunan kering atau pelepah daun pisang selama 7-10 hari untuk mencegah hanyutnya benih wortel oleh percikan (guyuran) air sekaligus berfungsi menjaga kestabilan kelembaban tanah. Setelah benih wortel tumbuh di permukaan tanah, penutup tadi segera di buka kembali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman

3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman wortel dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan setelah tanam. Tujuan penjarangan adalah untuk memperoleh tanaman wortel cepat tumbuh dan subur, sehingga hasil produksinya dapat tinggi.

3.4.2. Penyiangan

Rumput-rumput liar (gulma) yang tumbuh disekitar kebun merupakan pesaing tanaman wortel dalam kebutuhan air, sinar matahari, unsur hara dan lain-lain, sehingga harus disiangi. Waktu penyiangan biasanya saat tanaman wortel berumur 1 bulan, bersamaan dengan penjarangan tanaman dan pemupukan susulan.

Cara menyiangi yang baik adalah membersihkan rumput liar dengan alat bantu kored/cangkul. Rumput liar yang tumbuh dalam parit dibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Tanah di sekitar barisan tanaman wortel digemburkan, kemudian ditimbunkan ke bagian pangkal batang wortel agar kelak umbinya tertutup oleh tanah.

3.4.3. Pembubunan
Pendangiran dilakukan pada saat umur tanaman 1 bulan, yaitu pada saat tanaman akan membentuk umbi, terutama sehabis hujan. Saat pendangiran ini dilakukan juga pembubunan.

3.4.4. Pemupukan

Jenis pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan adalah urea atau ZA. Dosis pupuk yang adalah urea 100 kg/ha atau ZA 200 kg/ha. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur 1 bulan.

Cara pemupukan yang baik adalah dengan menyebarkan secara merata dalam alur-alur atau garitan-garitan dangkal atau dimasukkan ke dalam lubang pupuk (tugal) sejauh 5-10 cm dari batang wortel, kemudian segera ditutup dengan tanah dan disiram atau diairi hingga cukup basah.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhannya, tanaman wortel memerlukan air yang memadai, sehingga perlu disiram (diairi) secara kontinue 1-2 kali sehari, terutama pada musim kemarau. Bila tanaman wortel sudah tumbuh besar, maka pengairan dapat dikurangi. Hal penting yang harus diperhatikan adalah agar tanah tidak kekeringan.

3.4.6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Furadan 3 G atau Indofuran 3 G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.

3.5. Hama dan Penyakit

3.5.1. Hama

1. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris-garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau larva. Ciri: ulat tanah adalah berwarna coklat sampai hitam, panjangnya antara 4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman wortel yang masih muda. Akibat serangan, tanaman layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama. Pengendalian non kimiawi: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman. Pengendalian kimiawi: dengan menggunakan insektisida Furadan 3G atau Indofuran 3G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
2. Kutu daun (Aphid, Aphis spp.)
Ciri: kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya.
3. Lalat atau magot (Psila rosae)
Gejala: stadium hama yang sering merusak tanaman wortel adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian: pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis 2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang dianjurkan.

3.5.2. Penyakit

1. Bercak daun Cercospora
Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.) Solheim. Gejala: pada daun-daun yang sudah tua timbul bercak-bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat tua sampai hitam. Pengendalian: (1) disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit; (2) pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili; (3) pembersihan sisa-sisa tanaman dari sekitar kebun; (4) penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2%.
2. Nematoda bintil akar
Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera carotae). Gejala: umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G.
3. Busuk alternaria
Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat tua sampi hitam yang dikelilingi oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora.

3.6. Panen

3.6.1. Ciri dan Umur Panen

Ciri-ciri tanaman wortel sudah saatnya dipanen adalah sebagai berikut:

1. Tanaman wortel yang telah berumur ± 3 bulan sejak sebar benih atau tergantung varietasnya. Varietas Ideal dipanen pada umur 100-120 hari setelah tanam (hst). Varietas Caroline 95 hst., Varietas All Season Cross 120 hst., Varietas Royal Cross 110 hst., Kultivar lokal Lembang 100-110 hst.
2. Ukuran umbi telah maksimal dan tidak terlalu tua. Panen yang terlalu tua (terlambat) dapat menyebabkan umbi menjadi keras dan berkatu, sehingga kualitasnya rendah atau tidak laku dipasarkan. Demikian pula panen terlalu awal hanya akan menghasilkan umbi berukuran kecil-kecil, sehingga produksinya menurun (rendah).

Khusus bila dipanen umur muda atau "Baby Carrot" dapat dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. umur panen sekitar 50-60 hari setelah tanam.
2. ukuran umbi sebesar ibu jari tangan, panjangnya antara 6-10 cm dan diameternya sekitar 1-2 cm.

3.6.2. Cara Panen
Cara panen wortel relatif gampang, yaitu dengan mencabut seluruh tanaman bersama umbinya. Tanaman yang baik dan dipelihara secara intensif dapat menghasilkan umbi antara 20-30 ton/hektar.

3.7. Pascapanen

3.7.1. Pengumpulan
Kumpulkan seluruh rumpun (tanaman) wortel yang usai dipanen pada suatu tempat yang strategis, misalnya di pinggir kebun yang teduh, atau di gudang penyimpanan hasil.

3.7.2. Penyortiran dan Penggolongan

a) Pilih umbi yang baik sambil memisahkan umbi yang rusak, cacat, atau busuk secara tersendiri.
b) Klasifikasikan umbi wortel yang baik berdasarkan ukuran dan bentuknya yang seragam.

3.7.3. Penyimpanan
Simpan hasil panen wortel dalam wadah atau ruangan yang suhunya dingin dan berventilasi baik.

3.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan

a) Ikat umbi wortel menjadi ikatan-ikatan tertentu sehingga praktis dalam pengangkutan dan penyimpanannya.
b) Potong sebagian tangkai daun untuk disisakan sekitar 15-20 cm.
c) Angkut hasil wortel ke pasar dengan menggunakan alat angkut yang tersedia di daerah setempat.

Khusus untuk sasaran pasar Swalayan, Gelael, Hero, dan lain-lain di kota-kota besar, umbi wortel biasanya dikemas dalam kantong plastik atau kontainer polietilin bening.

Read more...

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP